Selamat Datang di Blog Saya yang Masih Sederhana, Mudah-mudahan Bermanfaat

Senin, 10 Oktober 2011

Kepergian Ayah

Kepergian Ayah

 Siang itu ayah terlihat berbeda di hadapanku. “Ada apa dengan ayah? Apa ayah sedang puya masalah?” aku bertanya-tanya dalam hati. Tiba-tiba adik perempuanku memanggil  “ Kak, kita main yuk!” ia mengajakku bermain dan aku pun menyetujuinya
“ ia sebentar y!” aku bergegas menghampiri adikku.

            Waktu terus berjalan. Tak terasa jam dinding sudah menunjukan pukul 5 sore. Itu artinya aku dan adikku harus segera mandi. Kami pun berhenti bermain dan bergegas ke kamar mandi.

            Saat menjelang malam, aku pergi ke kamar ayah. Aku ingin melihat keadaan ayah.
 “ Yah, ayah kenapa?” aku menghampiri ayah yang sedang berbaring di tempat tidur.
“ tidak apa-apa, ayah baik-baik saja koq.” Aku merasa bingung mendengar jawaban ayah. Ayah bilang, ia baik-baik saja tapi aku melihat wajahnya saat itu begitu pucat. Tak lama kemudian ibu datang dan membawa obat.
 “ Itu obat untuk siapa bu? Apa ibu sakit?” aku bertanya pada ibu dengan rasa penasaran.
“ tidak nak, ibu tidak sakit. Obat ini untuk ayahmu.” Ibu mencoba menjelaskan padaku.
“ Untuk ayah? Memangnya ayah sakit apa bu? Tadi ayah bilang, ia baik-baik saja kenapa sekarang ia harus minum obat sebanyak itu bu?” aku semakin mengkhawatirkan keadaan ayah.
“ Sudahlah sayang, kamu tidak perlu berpikir macam-macam! Do’a kan saja agar ayahmu cepat sembuh!” Ibu mendekatiku dan membelai rambutku.
“ Ini sudah malam, sebaiknya kamu tidur yach!” ayah memintaku untuk segera tidur.
“ Baiklah kalau begitu.” Sambil tersenyum aku meninggalakn mereka.

            Pukul 3 dini hari aku mendengar suara tangisan seseorang yang menangis secara histeris. Suara itu terdengar dari kamar ayah. Aku segera keluar dan melihat ibu sedang menangis.
“Bu ayah kenapa?” aku menghampiri ibu yang sedang memeluk ayah.
Begitu mendengarku, ibu langsung berdiri dan memelukku. “ ayahmu meninggal nak.” Setelah mendengar jawaban ibu, aku langsung membangunkan adikku. “Dik…..bangun! ayah meninggal.” Adikku bangun dan lagsung memeluk ayah sambil menangis. Tentu saja aku pun tidak dapat menyembunyikan kesedihan ku. Sambil menyebut nama ayah, air mataku terus mengalir. Aku benar-benar tak menduga akan ditinggalkan ayah secepat itu.

            Aku mendengar kabar bahwa ayah akan dimakamkan pukul dua siang. Berat rasanya harus berpisah dengan ayah tapi inilah suratan takdir aku harus bisa menerimanya dengan ikhlas. Saat yang ditunggupun telah tiba, aku dan keluargaku beriringan mengantarkan ayah ke pemakaman. Usai pemakaman kami langsung kembali ke rumah.

            Aku menyesal karena pernah tidak mengikuti perintah ayah dan aku merasa telah menyakiti perasaan ayah. Semoga ayah mau memaafkanku.

            Sebelum ayah meninggal, aku ingin membuktikan pada ayah bahwa aku dapat Lulus dari SMPN 4 Warunggunung  dengan nilai yang baik dan aku berharap ayah dapat menyaksikan saat aku memakai kalung Kelulusan nanti. Meski kini ayah telah tiada, aku tetap yakin ia kan datang di kelulusanku nanti. Walau aku tak dapat melihatnya, aku pasti dapat merasakan kehadirannya.

            Selamat jalan ayah……..,do’a ku selalu menyertaimu.

Karya : Ida Farida
Kelas  : IX C

Tidak ada komentar:

Posting Komentar